Selasa, 16 Desember 2008

Tak Banyak Manfaatnya Dialog Islam-Barat


Dr. Saad al-Katatny, Ketua Fraksi Ikhwan di Parlemen Mesir

Sejauh mana pentingnya dialog antara muslim moderat dengan Barat? Untuk menjawabnya, rasanya cukup menengok pada satu hal; Islam dan Barat hidup dalam dunia yang sama. Ada banyak orang Islam di Barat, dan di antara mereka tidak sedikit pula Muslim yang menjadi tokoh.
Pertemuan antara Islam dan Barat selalu saja penuh dengan konfrontasi. Sejarah bermula di era penjajahan, di mana pergerakan Islam, disokong kekuatan nasional lainnya, melawan Barat yang serakah. Pada periode ini, Islam hanya melihat satu kemungkinan: Barat adalah penjajah. Sedangkan Barat, untuk membenarkan penjajahan mereka, menganggap semua orang Islam adalah kaum barbar dan brutal. Inilah kesan pertama Islam yang diperkenalkan Barat pada masyarakatnya.
Babak kedua konfrontasi Islam dengan Barat adalah ketika berlangsung konflik Arab-Israel. Selama dua abad lamanya kemudian, Islam dan Barat menemukan arah yang baru. Hancurnya Soviet menjadi pemicu negara-negara Islam mulai mencari pelindung kepada Barat, yang dengan serta merta menyambutnya dengan tangan terbuka, terutama AS. Faktanya kemudian, Barat menelikung dengan menghancurkan semua kekuatan politik Islam dengan bantuan pemerintahnya sendiri—satu hal yang kemudian membuat Barat dijuluki “Pengkhianat”. Sampai sekarang, pola ini masih terus berlanjut dan berlangsung.
Pemerintah setempat melakukan hal yang lebih buruk lagi; mereka memberikan persepsi negatif tentang Islam di Barat. Mereka pun menguasai media dan menggelembungkan imej jika Islam adalah teroris, radikal, dan anti-demkorasi. Karena hal ini, Islam menjadi skeptis terhadap AS. Ditambah lagi dukungan AS terhadap Israel yang begitu gencar.
Akibatnya, kedua pihak antara Islam dan Barat melakukan aksi 'sapu-bersih' yang tidak seimbang. Di Barat, semua golongan Islam sama. Ikhwan tidak ada bedanya dengan Al Qaidah. Padahal, selain secara prinsip, organisasi, orientasi, pandangan, dan pola pemikiran pun berbeda. Di sisi lain, Islam pun kesulitan untuk mengenal Barat.
Memang ada perbedaan antara Uni-Eropa dan AS. Tetapi, Islam hanya mengenal AS cenderung lebih ekstrim dalam menilai Islam. Hal ini berdasarkan pada kepentingan jangka pendek di wilayah-wilayah tertentu, terutama mengenai Israel, minyak, dan pengendalian wilayah strategis yang penting. Sedangkan Uni-Eropa lebih tertarik pada isu demokrasi dan hak asasi. Tapi hal ini pun tak kurang buruknya dalam memanipulasi citra Islam. Uni-Eropa juga tidak kalah hebat dalam mendukung Israel.
Dalam hal ini, sangat penting untuk memahami Ikhwan sebagai gerakan yang moderat. Ikhwan selalu membuka dialog terhadap Barat. Tapi selalu saja ada halangan besar terhadap Ikhwan. Sokongan Barat terhadap rejim lokal ddalam alasan utama di balik semua itu. Pemerintahan Barat memilih bungkam terhadap berbagai kejahatan hak asasi yang dilakukan oleh rejim pemerintah. Begitu pula ketika terjadi pengadilan negeri menghukum para pembesar Ikhwan, di antaranya Khairat el Shater. Kemudian, tanpa alas an yang jelas, pemerintah membekukan semua aset yang dipunyai oleh Ikhwan. Mereka juga menangkapi ratusan anggota Ikhwan.
Untuk semua itu, kita perlu ingat, Barat tidak melakukan apa-apa.
Pemerintahan Barat, terutama AS, harus mengklarifikasi posisi mereka mengenai demokrasi di Timur Tengah. Sepertinya tidak mungkin jika mereka mengatakan bahwa mereka begitu tulus mendukung demokrasi, sementara mereka masih saja terus memberikan dukungan kepada rejim-rejim setempat dalam melaksanakan tekanan dan ancaman kepada lawn politik mereka. Ini bukan saja merusak masa depan reformasi, tapi juga perdamaian keamanan internasional. Ini lah halangan dakwah terbesar Ikhwan, karena ketika Ikhwan menggulirkan reformasi tanpa kekerasan, isu radikal sudah menghadangnya
Barat harus menyadari bahwa gerakan demokrasi : “ Satu orang, satu suara ", dalam sebuah pemilihan akan menjadi sangat absurd, jika tidak menghasilkan perubahan di dunia Islam, yang sekarang mereka kuasai. Jika beberapa kawasan mereka kuasai, lalu cukup kuat rakyat mendukung Islam sebagai kekuasaan politik, tentu Barat akan segera menghancurkannya. Sejarah selalu menunjukan bahwa kita selalu saja dihalangi oleh kekuatan Barat, yang menginginkan ditegakkan nilai-nilai dan sistem islam, dan berangsur-angsur dilenyapkan jika gerakan Islam tidak terpilih lagi.
Terakhir, Barat harus juga menyadari bahwa dengan mendukung pemerintah diktator setempat, maka Barat melakukan pengkhianatan. Sementara memang para diktator ini rela untuk bekerja sama dengan pemerintah, karena hanya dengan begitulah mereka bisa tetap eksis. Jadi, ketika kita berbicara dialog anatar Islam dan Barat, maka kita memasuki “area abu-abu”. Kesalahpahaman akan selalu muncul, dan hanya akan mengancam semua orang.


sumber: eramuslim.com

Selasa, 21 Oktober 2008

Azab Allah SWT Menggelayut di Atas Amerika


Krisis ekonomi yang menimpa Amerika Serikat dewasa ini tampaknya semakin memburuk. Kekhawatiran bahwa ia akan berkembang menjadi krisis global semakin nyata.

Krisis ekonomi yang menimpa Amerika Serikat dewasa ini tampaknya semakin memburuk. Kekhawatiran bahwa ia akan berkembang menjadi krisis global semakin nyata.

Seorang ulama warganegara Amerika keturunan Yaman segera menulis peringatan kepada kaum muslimin di Amerika Serikat dalam situs-nya. Imam Anwar Al-Awlaki bahkan memberi judul menghebohkan atas artikelnya: ”Apakah Franklin sedang mewujud menjadi Washington?”

Di bawah ini kami akan muat text asli posting beliau lalu dilanjutkan dengan terjemahan bebas di bawahnya.

Intinya, Imam Anwar memperingatkan kita semua akan bahaya kemungkinan pemerintah AS di bawah pimpinan George Bush menerapkan kebijakan sanering (pemotongan nilai uang dollar). Imam Anwar mengkhawatirkan bilamana lembar uang seratus dollar AS bakal dipotong menjadi setara dengan lembar uang satu dollar AS...!

Maka, Imam Anwar menganjurkan kaum muslimin di AS untuk melakukan langkah antisipatif dengan cara membeli emas dan perak guna mengamankan dollar mereka sebelum kebijakan sanering berlaku.
Bila ini menjadi kenyataan sudah barang tentu dampaknya akan meluas termasuk sangat mungkin mempengaruhi kondisi rupiah Indonesia yang memang selama ini sangat bergantung kepada kuat-lemahnya mata uang dollar AS.
Akankah ini menjadi awal kesadaran global pentingnya meninggalkan uang kertas dan kembali kepada dinar dan dirham?
Semoga...
sumber: eramuslim.com

Selasa, 08 Juli 2008

Ke Damaskus untuk Palestina




Oleh: Ferry Nur S.Si,
Al-Hamdulillah, pada hari Senin hingga Rabu (16-18/6/2008) penulis dan AM. Rais, direktur COMES (Center for Middle East Studies) berada di Damaskus, Suriah untuk bersilaturrahim dan mengunjungi beberapa tokoh Palestina. Silaturrahim merupakan amalan yang mulia, sunnah Nabi Muhammad saw, pekerjaan yang dicintai Penguasa Alam Semesta, Allah swt. Dari Abu Idris Al-Khaulani, dia berkata, “Aku masuk masjid Dimaskus, lalu tiba-tiba aku melihat seorang pemuda yang bersih giginya dikelilingi oleh orang banyak. Jika orang-orang tersebut berselisih paham, maka mereka kembali kepadanya dan mengambil pendapatnya. Lalu akupun bertanya, “Siapakah orang itu?” Dikatakan, “ Dia itu adalah Mu’adz bin Jabal”.
Keesokan harinya aku pun berhijrah dan aku dapati ia telah mendahuluiku. Ketika itu aku mendapatinya sedang mengerjakan shalat, maka akupun menunggunya, dan tatkala beliau selesai melaksanakannya, akupun mendatangi beliau dan memberi salam kepadanya, kemudian aku berkata, “ Demi Allah, sungguh aku mencintaimu karena Allah”. Mu’adz berkata “Demi Allah?” Aku berkata, “Demi Allah”. Kembali Mu’adz berkata, “Demi Allah?” Aku berkata, “Demi Allah”.
Kemudian beliau menarik kain milikku dan berkata, “Bergembiralah, karena sesungguhnya aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman, “Kecintaan-Ku wajib atas orang-orang yang saling mencintai karena-Ku, dan orang-orang yang berkumpul dalam satu majelis karena-Ku, dan orang-orang yang saling berkunjung karena-Ku, serta orang-orang yang saling menolong karena-Ku”. (HR Malik di dalam kitab Al-Muwatha’). Diriwayatkan juga oleh Ibnu Hibban. Hadits Shahih.
Tokoh yang penulis kunjungi adalah mereka yang pernah datang berkunjung ke Indonesia, khususnya ke kantor Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina (KISPA), dan pernah berjumpa pada acara Konferensi tentang Palestina di beberapa negara seperti Yaman, Al-Jazair dan Turki. Program Silaturrahim di kota Damaskus, penulis berkunjung ke kantor Ketua Rabithah Ulama Palestina di Suriah, Dr. Nawwaf Takruri di Kamp Pengungsian Yarmuk, Suriah.
Beliau Doktor Syari’ah kelahiran Thaluzah-Nablus pada tahun 1965, produktif dalam menulis sejumlah buku. Di antaranya adalah ‘Aksi Bom Syahid Menurut Pandangan Fiqh’ (sudah diterjemahkan), ‘Persoalan-Persoalan Hubungan Ekonomi antara Negara-Negara Islam’, ‘Hukum Menjalin Hubungan Politik dengan Yahudi di Palestina’, dan ‘Dahsyatnya Jihad Harta’ (sudah diterjemahkan ). Di kantor Dr Nawwaf, kami bertemu dengan Syekh Abu Bakar Al-‘Awawidah anggota Rabithah Ulama Palestina di Suriah dan asistennya Ustadz Ziyad El Kishawi serta beberapa mahasiswa Turki yang sedang bersilaturrahim juga. Walaupun Syekh Abu Bakar buta matanya akibat penyiksaan yang dilakukan tentara Zionis Israel, akan tetapi hatinya tidak buta, beliau peduli terhadap urusan umat, dan senantiasa melakukan pembinaan/tarbiyah bagi rakyat Palestina dan generasi muda khususnya di Kamp Pengungsian Yarmuk, Suriah.
Dari Anas ra, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah swt berfirman: Jika aku menguji hamba-Ku dengan mengambil kedua kecintaannya lalu ia bersabar, maka Aku akan menggantinya dengan surga”. Maksud dari kedua kecintaannya yaitu dua penglihatannya. (HR Bukhari).
Ketika penulis datang, beliau menyambutnya dengan senang dan gembira sambil berjabatan tangan, sebagai bentuk pengamalan ajaran Nabi Muhammad saw dan adab menghormati tamu. Dalam pertemuan dengan Dr. Nawwaf Takruri, Selasa, 17/6/2008, disaksikan direktur COMES dan Irhamudin Mahmud, Mahasiswa Indonesia yang sedang kuliah di Universitas Damaskus, Fakultas Syari’ah dan Syekh Ahmad Kaftaro University, Fakultas Dakwah, penulis menyerahkan dana umat Islam Indonesia yang selama ini diamanahkan ke KISPA kepada beliau dan selanjutnya akan diberikan kepada rakyat Palestina yang sangat membutuhkan bantuan. Dana Umat Islam yang diserahkan KISPA untuk rakyat Palestina via Dr. Nawwaf Takruri berjumlah USD 61.575. (Enam Puluh Satu Ribu Lima Ratus Tujuh Puluh Lima USD) senilai dengan Rp 575.726.250; (Lima Ratus Tujuh Puluh Lima Juta Tujuh Ratus Dua Puluh Enam Ribu Dua Ratus Lima Puluh Rupiah) dengan Kurs 1 USD= Rp 9.350.
Ada cerita yang menarik dari Ustadz Ziyad El Kishawi, beliau menjelaskan bahwa di Kamp Pengungsian Yarmuk, Suriah pada tahun yang lalu tepatnya tanggal 3/8/2007 M, telah dilangsungkan acara nikah masal berjumlah 300 pasangan ikhwan dan akhwat Palestina yang dihadiri oleh para ulama dan tokoh-tokoh pejuang Palestina dan ribuan masa.
Acara nikah masal yang diselenggarakan atas kerja sama Hamas dan Jam’iyah Al-Isra’ Littanmiyah Al-Khairiyah, selain nikahnya tidak perlu bayar KUA, setiap pasangan pengantin baru mendapatkan bantuan USD 2.000 plus perabotan rumah tangga. Masih menurut Ustadz Ziyad El Kishawi, “Insya Allah pada hari Jum’at, 1/8/2008, ba’da Shalat Maghrib, di masjid Al-Wasim, Kamp Pengungsi Yarmuk akan diselenggarakan nikah masal yang ke dua”. Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.(QS: An Nuur/24: 32).
Sebelum bertemu dengan Dr. Nawwaf saya berkesempatan berziarah ke makam Panglima Islam, Shalahuddin Al-Ayyubi, yang telah berjasa besar membebaskan kota suci Al-Quds dari tangan kaum salib. Kota Suci Al-Quds diduduki kaum salib selama 88 tahun, dari tahun 1099 hingga tahun 1187 M. Dimakam Panglima Islam Shalahuddin Al-Ayyubi, penulis mengenang jasa dan perjuangannya sekaligus mendoakan, “Semoga Allah mengampuni segala dosanya, menerima segala amal shaleh dan jihadnya yang telah membebaskan kota suci Al-Quds, dan mendoakan semoga beliau masuk ke dalam surga dan bertemu dengan Rasulullah saw”. Penulis juga berdoa kepada Allah, “Semoga dimunculkan generasi Shalahuddin yang akan membebaskan Palestina dan kota suci Al-Quds dari tangan kotor Zionis Israel.”
Setelah ziarah kemakam Panglima Islam, Pembebas Kota Suci Al-Aquds dari kaum salib, penulis melangkahkan kaki menuju Masjid Jami’ Umayyah yang terletak di depan makam Shalahuddin Al-Ayyubi. Masjid Jami’ Umayyah merupakan masjid yang megah peninggalan zaman kejayaan peradaban Islam dahulu dan banyak dikunjungi umat Islam dan di dalam masjid tersebut ada bagunan tempat diletakkannya kepala Nabi Yahya, tepatnya di bawah tiang masjid yang dikenal dengan tiang “Sakaakik”, berada di sebelah timur masjid Jami’ Umayyah, dan posisinya di shaf kedua dekat ruangan mihrab masjid.
Di dalam kitab Badaai’uz- Zuhuur Fii Waqaa’i’id- Duhuur, Muhammad bin Ahmad Al-Hanafi, (Kisah Para Rasul Hiburan Bagi Orang-Orang Yang Berakal), Penerbit Rihlah Press, Juni 2003, pada halaman 450 dijelaskan: “ Sedangkan Yahya bin Zakaria yang wafat karena disembelih Yahudi, menurut As- Suddi, badan beliau dikebumikan di Palestina, tempat penyembelihannya. Sedangkan kepala beliau dibawa ke Syiria dan dikuburkan di sana.
Adapun lengan-lengan beliau dikuburkan di Beirut. Sedangkan kedua kaki beliau di bawa ke Shida dan dikuburkan di sana. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan keselamatan-Nya untuk ayah dan anak, Zakariya dan Yahya. Ats- Tsa’labi menuturkan bahwa Yahya meninggal pada usianya yang kesembilan puluh lima tahun.”
Rabu, 18/6/2008, sebelum berangkat ke Airport, kami berkunjung ke kantor Mu’asasah Filistin Lil Tsaqafah dan bersilaturrahim dengan General Managernya, Dr.Osama Al-Ashqar. Dalam pertemuan tersebut beliau menjelaskan tugas dan tanggung jawabnya dalam mendokumentasikan sejarah dan kebudayaan bangsa Palestina dari dahulu hingga saat ini. Sebagai kenang-kenangan dan pengikat tali ukhuwah, Dr.Osama Al-Ashqar memberikan kepada penulis, buku yang beliau susun/tulis yang berjudul “Futuh Filistin” dan beliau membubuhkan tanda tangannya pada buku tersebut, penulis juga memberikan buku “Palestina Pertanyaan Berjawab” terbitan KISPA sebagai hadiah kepadanya.
Di Airport, penulis berjumpa dengan Jansen Hasibuan, Ketua Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Suriah periode 2007-2008. Jansen Hasibuan merupakan Alumni Pondok Pesantren Al-Mukhtariyah Sungai Dua, Kecamatan Portibi, Kabupaten Padang Lawas, Sumut. Saat ini dia telah menyelesaikan Kuliyah Dakwah Al-Islamiyah Cabang Damaskus.
Dalam bincang-bincangnya dengan penulis Jansen menjelaskan berbagai aktifitas yang telah dilakukan PPI di Suriah dan struktur organisasinya yang terdiri dari Ketua dan Wakil Ketua, Bendahara dan Sekretaris. Ada beberapa Departemen, Depertemen Agama, Departemen PSTA (Peningkatan Sumber Daya Anggota), Departemen Olah Raga dan Seni dan Departemen Humas. Selain Jansen, penulis juga bertemu dengan staf KBRI di Suriah, mereka adalah Budimansyah, First Secretary, M. Yahya Abdullah, Abdul Khaliq dan Dhiyaulhaq.
Semoga kunjungan ke Suriah, khususnya kota Damaskus dalam rangka menjalin tali silaturrahim, memperkokoh ukhuwah dan memberikan bantuan untuk rakyat Palestina dapat bernilai ibadah yang akan memberatkan timbangan kebaikan di akhirat kelak. Amin.
H. Ferry Nur S.Si, Sekjen KISPA

Kisah Pemadat Bule Masuk Islam


Oleh Ihsan Tandjung
Seorang pemuda Kanada lahir dari sepasang suami isteri Kanada yang peduli dengan agama. Ketika menginjak usia sebelas tahun ia serius membandingkan berbagai agama yang ada karena ia merasa tidak puas dengan agama asalnya, yaitu Kristen. Semua agama ia pertanyakan, kecuali Islam. Ia samasekali tidak tertarik mempelajari Islam karena opininya begitudalam terformat bahwa Islam merupakan agama kegelapan. Menurutnya Islam merupakan agama para teroris sebagaimana yang selama ini dikesankan oleh media Barat pada umumnya.
Namun sayang, belum sampai ke penghujung perjalanan ruhaninya, keburu sebuah tragedi menimpa keluarganya. Ayah dan ibunya bercerai. Ayahnya pergi meninggalkan anak-isterinya. Sedangkan ibunya terperosok ke dalam lembah hitam narkoba. Dalam keadaan seperti itu si anak muda inipun terbawa menjadi seorang pemadat. Awalnya ia hanya menjadi seorang pengguna. Namun dengan berjalannya waktu ia naik pangkat dan akhirnya menjadi pengedar di samping pengguna. Dan tidak lama kemudian ia bahkan menjadi salah seorang pimpinan jaringan narkoba papan atas di Kanada.
Saat ia mencapai karir tertingginya di dunia gelap jaringan narkoba, iapun tertangkap dan akhinya berurusan dengan polisi. Ia sempat masuk penjara selama empat tahun.
Setelah menjalani masa tahanannya, begitu keluar iapun segera mengunjungi salah satu pangkalan favorit tempat para pemadat biasa berkumpul. Maka mulailah iapun menikmati suasana ”fly” dengan narkobanya. Saat ia sedang sakau itulah ia duduk di samping seorang pemuda keturunan Maroko yang dilihatnya agak berbeda saat melinting rokoknya. Iapun bertanya: ”Anda berasal dari mana? Kok anda melinting rokok berbeda dengan kebanyakan orang di sini?” Pemuda itu menjawab: ”Inilah kebiasaan orang di negeri saya ketika melinting rokok.” ”Anda berasal dari mana?” ”Saya berasal dari Afrika Utara, dari Maroko. Itulah negeri nenek-moyang saya.” ”Kalau begitu anda seorang muslim ya?” ” Iya benar, saya seorang muslim dari Maroko.”
Maka sambil keduanya tenggelam dalam narkobanya masing-masing, mulailah keduanya terlibat dalam sebuah dialog panjang-lebar seputar agama Islam. Si pemuda Kanada menanyakan berbagai hal mengenai agama Islam, sementara si pemuda keturunan Maroko menjawab sebatas pengetahuannya. Ternyata dialog mereka berlangsung terus sampai keduanya kehabisan narkoba. Tanpa disadari keduanya telah ngobrol seputar Islam selama tidak kurang dua jam di tempat mangkalnya para pemadat.
Tapi si pemuda Kanada masih belum puas. Masih banyak pertanyaan yang mengganjal. Sedangkan si pemuda Maroko sudah kehabisan pengetahuan yang ia miliki seputar Islam. Tiba-tiba datang pemuda ketiga yang ternyata berasal dari keturunan Aljazair ikut terlibat dalam perbincangan seputar Islam itu. Maka perbincangan seputar Islam dilanjutkan dengan narasumbernya beralih kepada si pemuda Aljazair. Namun pada saat-saat tertentu kadang terjadi perselisihan pendapat antara si pemuda Aljazair dengan si pemuda Maroko. Ini wajar. Karena dalam sejarah Islam bahkan perpedaan pendapat antara para ulama saja sering dijumpai, apalagi antara sesama orang awam ilmu agama. Sesi kedua ”seminar” berakhir dua jam berikutnya.
Ternyata bermula dari perbincangan soal Islam di pangkalan para pemadat, si pemuda Kanada alhasil memperoleh hidayah iman dan Islam. Iapun mengikrarkan dua kalimat syahadat.
Setelah beberapa tahun semenjak ia masuk Islam; dalam suatu kesempatan Muslim Youth Gathering si pemuda Kanada tadi menceritakan riwayat hidupnya kepada sesama peserta. Termasuk ia menceritakan soal pengalaman awalnya mendapat hidayah di pangkalan pemadat. Sewaktu ia sedang menceritakan pengalamannya salah seorang peserta berkomentar: ”Jelek sekali pemuda muslim Maroko dan Aljazair itu berada di tempat para pemadat yang terkutuk!”
Maka dengan suara tinggi si pemuda Kanada tersebut berkata: ”Saya tidak tahu di mana keberadaan dan bagaimana nasib kedua pemuda yang ngobrol dengan saya di pangkalan pemadat itu. Tapi suatu hal yang perlu Anda ketahui bahwa jika saat ini saya beramal sholeh atau beribadah; entah itu sholat atau puasa atau yang lainnya, maka kedua pemuda Maroko dan Aljazair tadi mendapat bagian dari pahala kebaikan yang saya kerjakan. Sebab merekalah yang telah berjasa pertama kali memberi hidayah iman dan Islam kepada saya.”
Demikianlah, betapa besarnya ganjaran berda’wah mengajak manusia ke jalan hidayah iman dan Islam.


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنْ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا


Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu bahwa sesungguhnya Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Barangsiapa mengajak kepada petunjuk maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang mengikutinya. Dan barangsiapa mengajak kepada kesesatan maka baginya dosa seperti dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun dosa orang yang mengikutinya.” (HR Muslim 13/164)
Itulah di antara rahasia mengapa dalam ajaran Islam kita diperintahkan untuk mendoakan sholawat dan salam bagi Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam sebab beliau adalah orang paling pertama yang berjasa menyebarkan hidayah iman-Islam ke tengah ummat manusia. Allahumma sholli wa sallim wa baarik ’ala Muhammadin wa ’ala aalihi wa ashabihi wa man tabi’ahum bi ihsaanin ilaa yaumid-diin...

Kamis, 26 Juni 2008

Tak Peduli Protes Umat Islam, Inggris Beri Gelar 'Ksatria' Buat Salman Rusdie


Eramuslim.com
Kamis, 26 Jun 08 11:55 WIB
Ratu Inggris benar-benar tidak menunjukkan sensitivitasnya terhadap perasaan warga Muslim di negerinya. Sang ratu tak peduli dengan protes warga Muslim, ia tetap memberikan penghargaan "ksatria" pada Salman Rushdie, penulis buku Ayat-Ayat Setan yang isinya melecehkan dan menghina Islam dan Rasulullah saw.
Sejak kerajaan Inggris mengumumkan daftar nama yang akan menerima penghargaan "ksatria" bertepatan dengan hari ulang tahun Ratu Elizabeth II bulan Juni tahun 2007 lalu, dan terdapat nama Salman Rusdhie didalamnya, warga Muslim di seluruh dunia melontarkan kecaman dan protesnya pada Kerajaan Inggris.
Bagi Inggris, Rushdie dianggap berjasa dalam bidang kesusastraan, meski karyanya Ayat-Ayat Setan yang diterbitkan tahun 1988 memicu kemarahan umat Islam sedunia. Negara Iran, bahkan sampai mengeluarkan fatwa mati untuk penulis kelahiran India itu. Untuk menghindari fatwa mati dan ancaman terhadap dirinya, Salman berlindung di negara Inggris. (ln/iol)

Selasa, 24 Juni 2008

Intelektual Muslim, Mendominasi Tokoh - Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia


eramuslim.com

Sepuluh tokoh Muslim dari berbagai belahan dunia, menjadi tokoh intelektual paling terkenal di dunia dari 20 tokoh intelektual dunia lainnya pilihan publik. Itulah hasil polling yang dilakukan oleh majalah terbitan AS Foreign Policy bekerjasama dengan majalah terbitan Inggris Prospect.
"Sepuluh besar tokoh intelektual paling terkenal di dunia dalam polling pembaca tahun ini semuanya Muslim, " tulis Foreign Policy.
Dari 10 besar tokoh intelektual itu, nama Fethullah Gülen menempati posisi puncak. Foreign Policy dalam penjelasannya menulis, Gülen adalah tokoh ulama Islam yang paling berpengaruh karena memiliki jaringan global. Di negeri asalnya, Turki, Gülen sekaligus memiliki banyak pengagum dan yang membencinya.
"Bagi pengikut gerakan Gülen, ia adalah pemimpin yang inspiratif, yang mendorong kehidupan Islami yang moderat di Turki. Bagi yang membencinya, Gülen dianggap sebagai ancaman bagi konsep sekularisme yang dianut Turki." kata Foreign Policy
Tokoh cendikiawan Muslim Syaikh Yusuf al-Qaradawi, menempati posisi ketiga dari 20 tokoh intelektual dunia pilihan pembaca. "Pengisi acara populer Shariah and Life di televisi Al-Jazeera, Qaradawi mengeluarkan berbagai fatwa setiap minggunya untuk berbagai hal, mulai dari fatwa tentang hukum mengkonsumsi alkohol bagi Muslim hingga fatwa tentang perlawanan terhadap pasukan penjajah AS di Irak, " tulis Foreign Policy.
Da'i muda Amr Khalid asal Mesir berada di peringkat keenam. Ia menjadi tokoh pilihan publik karena sangat karismatik dan menyampaikan ceramah keagamaan dengan gaya yang kasual. "Khalid memadukan pesan-pesan tentang integrasi budaya dan kerja keras dengan ajaran-ajaran tentang bagaimana menjalani kehidupan yang Islami, " masih kata Foreign Policy.
Polling ini dilakukan majalah Foreign Policy dan Prospect hampir sebulan penuh. Sekitar 50 ribu pembaca memberikan suaranya pada salah satu dari 100 daftar tokoh yang diberikan kedua majalah tersebut.
Pemenang hadiah Nobel bidang ekonomi, Muhammad Yunus berada di posisi kedua tokoh intelektual paling top di dunia. Nama Muhammad Yunus mencuat setelah menerima Nobel karena jasa-jasanya mengembangkan industri kecil di negerinya Bangladesh.
"Selama lebih dari 30 tahun, Yunus memberikan pinjaman pada pengusaha-pengusaha kecil yang miskin di Bangladesh dengan total pinjaman sekitar 27 dollar. Ini adalah awal pengabdian hidupnya untuk memberantas kemiskinan, " tulis Foreign Policy.
Novelis asal Turki, Orhan Pamuk yang juga pemenang hadiah Nobel bidang sastra menempati posisi keempat tokoh intelektual dunia. Posisi kelima ditempati oleh politisi dan aktivis hak asasi manusia asal Pakistan Aitzaz Ahsan. Filsuf asal Iran Abdulkarim Soroush menempati posisi ketujuh. Peringkat kedelapan adalah tokoh cendikiawan Tariq Ramadan yang kini menetap di Swiss
Antropolog asal Uganda Mahmood Mamdani berada di peirngkat kesembilan dan peringkat kesepuluh tokoh intelektual paling terkenal di dunia adalah aktivis HAM perempuan asal Iran Shirin Ebadi yang juga penerima Nobel pada tahun 2003. (ln/iol)